MANAJEMEN EMOSI DI ISTRIKU BULAN

Bismillah, 

Istriku Bulannya Nesri Baidani terus naik rating. Aku salah seorang pembaca dan penikmat setianya. 

Tidak hanya sebagai bacaan tanpa arti. But, bagiku pribadi novel ini sarat ibroh, kaya makna dan banyak hikmah yang bisa dipetik. Terutama jadi menilik kedalam diri. 

Tak hendak hanya menikmati hikmah untuk diri sendiri. Aku juga mau berbagi pandangan, dan akan kujadikan hadiah buat teman-teman..

Hadiah sederhana berupa beberapa catatan hikmah dari "Istriku Bulan" tentang pendidikan dan pengasuhan, yang saya rujuk dari QS Lukman ayat 12-17,  

Dimana kalau "pelajaran"  tsb tidak "selesai" maka akan menimbulkan emosi, marah tak berkesudahan, dendam, berbagai penyimpangan, dan segala pernak pernik sakit hati lainnya. 

Seperti para tokoh dan karakter yang ada di Istriku Bulan. ((Authornya piawai sekali mencipta karakter karakter unik, yg mengaduk aduk perasaan pembaca, membuat para telorist terus beraksi. Author juga piawai menghadirkan banyak surprise di setiap episodenya. Ga ada yg bisa nebak kisah selanjutnya.)) Awalnya saya memang tak habis fikir kenapa Kamal sang idola (ehem) bisa bertindak dan bersikap seperti itu. Sedangkan dia bersekolah di pesantren, belajar agama, bahkan hafidz 6 juz alquran, dan (sepertinya) berasal dari keluarga dan keturunan baik-baik.  Pertanyaan makin banyak saja memenuhi kepala, ketika tiap episode bertambah. Bagaimana dia sebenarnya dididik dlm keluarga. Besar tumbuh dalam keluarga spt apa dia sebenarnya? Siapa sih yang salah? 

Satu persatu pertanyaan itu terjawab seiring makin tingginya nomor episode novel. (Berkat sabar jadi telorist dan ngikutin kisahnya) :)

Kemon mulai baca catatanku….

  1. Keteladanan 

Dalam mendidik keteladanan adalah hal yang sangat penting. Keteladanan asli tanpa penuh kepura puraan. Bukan lain kelihatan  di zohir, dan lain pula yang terbetik di hati. Seperti yang telah dicontohkan Luqman. luqman telah diberikan Allah hikmah untuk mengenal Allah, mengenal dirinya sendiri, mengenal dunia dan mengenal akhirat. Hikmah pemahaman, ilmu, tuturan yang baik dan pemahaman Islam. Hikmah mengontrol pandangan, menjaga lisan, menjaga kesucian makanan, memelihara kemaluan, berkata jujur, memenuhi janji, menghormati tamu, memelihara hubungan baik dengan tamu, dan meninggalkan perkara yang tidak penting. Demikian dia memberikan keteladanan kepada anaknya, setelah terlebih dahulu mempraktekkannya.

  1. Bersyukur

Memperakui segala nikmat yg telah diberikan Allah,dan menggunakan nikmat itu dengan baik di jalan Allah. Bersyukur dengan qalbu, lisan dan anggota badan dengan penuh keta'atan. Siapa yang bersyukur niscaya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. 

Bersyukur atas nikmat yang begitu banyak. Tidak terus meratap atas musibah (mis.keguguran mama Kamal) yang menimpa, dan lantas melupakan nikmat lain yang banyak, sekecil apapun itu. 

(Meninggalnya mama Bulan, membuat ayahnya abai dengan Bulan kecuali mencukupi finansial, Riana yang terlahir perempuan disulap ayahnya menjadi laki laki tak terkalahkan)

3.  Tidak mempersyarikatkan Allah, karena itu merupakan kezaliman yang besar. Beribadah dan berbuat hanya karena Allah semata. Beribadah bukan karena dilihat ustadz pesantren, bukan karena ingin dipuji, atau ingin dianggap baik dan sholeh (oleh mama ya Kamal)

4.  Berbuat baik kepada kedua orang tua. Ibu telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapih dalam dua tahun. Kesulitan dan keletihan ibu terjadi siang dan malam selama perawatan dan pengasuhan. Penceritaan ini dimaksudkan agar anak selalu teringat akan kebaikan ibu. 

(Kamal tau sekali dengan kesulitan dan kasih sayang mamanya. Ia tak ingin menyakitinya sedikitpun. Tapi kenapa ketika jauh dari mamanya ia berbuat hal yang melukai hati mama?) Next, mungkin kurang penanaman aqidah.

  1. Penanaman aqidah

Muroqobatullah, bahwa merasa selalu dalam pengawasan  Allah. Sesungguhnya Allah Maha Tahu seberat biji sawipun kebaikan yang dilakukan, hatta berada di dalam batu, baik di pelataran langit ataupun bumi, niscaya Allah pasti mengetahui dan akan membalasnya. Pun demikian dengan kezaliman atau kesalahan seberat biji sawi pasti Allah Maha Tahu dan Maha Membalas. 

(Ketika tak ada orang melihat, Kamal mencoba bunuh diri. Lepas dari pengawasan pesantren lantas meninggalkan shalat, meninggalkan kepercayaan pada Allah, meniadakan-Nya hatta berzina.) Apakah pembiasaan kurang? Big No. Sungguh di pesantren pembiasaan sangat keren, bukan?. 

  1. Mendirikan Shalat 

Setelah semua poin yang diatas terbina, barulah tiba perintah shalat. Belajar shalat dan menerapkan pembiasaan. Mendirikan shalat sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun, dan waktunya.

  1. Mengerjakan perbuatan yang baik, mencegah pada kemungkaran. 

(Btw, Kamal rajin berbuat baik pada orang lain, rajin berderma dan berdonasi.)

  1. Bersabar

Bersabar terhadap apa yang menimpa, sebab orang yang menyeru kepada kebaikan,menyeru pada jalan Allah pasti  mendapat gangguan. Dan itu merupakan ketetapan.

Hampir semua konflik di novel ini berawal dari ketiadaannya poin "pelajaran" diatas. 


🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Note : telorist ; sebutan buat para netizen yang selalu menuntut lanjutan part novelnya.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

CIRCLE BERNAS #1

REVIEW JOURNAL #7 ApresiAKSI

TEAM BUILDING