Ajak Keluarga MENOMORSATUKAN ALLAH

IBU-IBU ISTIMEWA KAPALO KOTO

Alhamdulillah, bahagia dan bersyukur sekali bisa dipertemukan dan dan beroleh kesempatan ‘share’ dengan ibu-ibu hebat para pembelajar sejati di Kapalo Koto Simalanggang. Tak kurang dari 50 ibu-ibu luar biasa yang hadir. Aku dapat merasakan aura semangat mereka . Energi positifnya seperti mengalir dan juga membangkitkan semangatku.  Terimakasihku untuk ni Iza Wardi yang telah menjadi profokator untuk silaturahiim ini. Berharap pertemuan tersebut barokah, menambah kebaikan demi kebaikan.



Tersebutlah kisah seorang sufi yang tidak terkenal bernama Nizham Al Mahmudi. Selain penduduk kampung tempatnya tinggal, tidak ada orang yang tahu bahwa sebenarnya ia adalah seorang yang kaya raya, punya perkebunan yang luas dan perniagaan yang sukses. Akan tetapi ia dan keluarganya tetap tinggal di rumah yang sederhana seperti rumah-rumah penduduk yang lain. Tak tampak dari kediamannya tanda-tanda bahwa sejatinya ia mempunyai kekayaan yang melimpah.                    
Suatu hari anaknya bertanya, “Ayah,kenapa ayah tak membangun rumah yang besar dan bagus buat kita, padahal sebenarnya ayah mampu?” sang ayah menjawab dengan bijak. “Pertama, Sesungguhnya  tempat yang kita butuhkan dalam rumah ini hanyalah tempat duduk dan berbaring saja. Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya. Seringkali penghuninya terlepas dari berhubungan dengan masyarakat, dan sibuk dengan diri sendiri dan menikmati keindahan istana tempat tinggalnya, sehingga menjadi kurang rasa syukurnya pada Allah.
Kedua, dengan menempati rumah kecil ini, kalian akan menjadi cepat mandiri dan dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lain.
Ketiga, dulu kami cuma berdua, ayah dan ibu. Kelak akan menjadi berdua tatkala anak-anak sudah berumah tangga. Bila ayah dan ibu menempati rumah besar, bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan sangat menyiksa”.
Keempat, jika ayah membangun rumah besar dan indah dengan biaya yang sangat besar, tentu ayah tidak bisa membangun rumah –rumah sederhana untuk para tunawisma?
Demikianlah sang ayah menikmati kekayaan dengan cara yang mendasar, tak melayang-layang dalam buaian harta sehingga sebenarnya bukan merasakan kekayaan tapi hanya kepayahan belaka. Praktek nyata keteladanan menomorsatukan aqidah dialirkan sang ayah kepada anaknya. Karena keteladanan sang anakpun mudah tersentuh, dan ternyata itu merupakan cara yang efektif.
Praktek nyata keteladanan menomorsatukan aqidah


                                                                                                                         to be continiued

Comments

Popular posts from this blog

CIRCLE BERNAS #1

REVIEW JOURNAL #7 ApresiAKSI

TEAM BUILDING