BUKAN PUTRI CINDERELLA





      

Wanita berusia empat puluh tahunan itu mengayuh sepeda saban hari melintasi tiga kampung, menuju tempatnya mengajar disebuah lembaga pendidikan, yang baru naik daun. Dedikasi dan keikhlasannya patut mendapat acungan jempol. Wajahnya cerah penuh senyuman. Semangatnya juga menggebu. Rasa ingin tahu dan keinginannya untuk berbagi berbanding lurus dengan gairahnya untuk menuntut ilmu. Ia hampir tak pernah mengeluh walau beban kehidupan dan beban biaya sekolah anak-anak harus ikut ia tanggung.


Tiga orang putrinya bersekolah di sekolah swasta, sekolah yang memberi penekanan pada pendidikan agama, tak lain tak bukan karena ia ingin memberikan pendidikan yang terbaik buat mereka.


Wanita itu harus selalu bekerja keras,berusaha cerdas dan ikhlas demi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Gaji bulanan dari tempatnya mengajar tidaklah seberapa, sangat jauh dari standar UMR ( Upah Minimum Regional). Ia harus bekerja cerdas mencari sumber pemasukan yang lain, menjahit, menyulam, hatta membungkus kue di pabrik kue, semua ia lakoni.


Subhanallah, ditengah seabrek kesibukannya ia masih sempat menghafal Alqur'an, menolong orang lain, dan menyisihkan sedikit yang ia punya untuk bersedekah.

To be continued...

Comments

Popular posts from this blog

CIRCLE BERNAS #1

REVIEW JOURNAL #7 ApresiAKSI

TEAM BUILDING