KHATAM ALQUR'AN


           Musim khatam Alqur'an telah tiba. Hampir disetiap jorong dan kampung umbul-umbul telah terpasang. Bendera warna-warni disertai "gabah-gabah" yang dibubuhi nama dan foto" dimasing-masing persimpangan rumah para peserta khatam qur'an juga sudah siap. Gabah-gabah yang paling meriah adalah di gerbang-gerbang mesjid.
            Para orang tua telah sibuk "manjalang"-mamanggie dunsanak dan karib kerabat, tak ketinggalan juga mencetak beratus-ratus undangan. Ya, acara khatam qur'an sama dengan "Olek Godang Nagori".Semua warga ikut terlibat dalam kesibukan dan kemeriahannya. Bergotong royong dan bekerjasama mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk perhelatan tersebut. Beriyur dan menyumbang untuk mempersiapkan hidangan bagi para tamu, seperti beras, lauk-pauk, kelapa, cabe, pisang, dan lain-lain.

            Untuk kartu undangan satu orang warga saja bisa mendapat 30 buah, lebih dari 2/3 peserta khatam Al Qur'an yang  ikut. Seperti ayah saya yang niniak mamak rata-rata mendapat undangan diatas angka 30 buah untuk satu buah jorong. Mengingat beliau mempunyai dua buah tempat tinggal, jadi di kedua jorong tersebut beliau mendapat undangan diatas 60 buah. Wow...!!! angka yang fantastis!
            Pasukan marching band dari SMP, MTsN, dan SD juga sudah diundang untuk ikut megiringi arak-arakan peserta khatam qur'an seantero kampung. Orgen tunggal nasyid atau gambus telah diorder untuk menghibur para undangan. Pentas juga sudah didirikan dan dihias dengan warna-warni yang menarik. Tak ketinggalan juga podium nan cantik sebagai tempat peserta membaca alqur'an. Bangku-bangku disusun berderet-deret, tempat peserta duduk menanti tamu dan menanti salam tempel dari para undangan. Kotak-kotak khusus untuk tempat ang pao juga disediakan. Kotak tersebut disusun sedemikian rupa, dibungkus rapi dan dibubuhi nama serta foto peserta, agar ang pao tidak salah alamat.
            Hadiah untuk para pembaca Qur'an terbaik, yang sangat menggiurkan bagi anak-anak, juga sudah tersedia seperti, meja belajar merk Olympic, sepeda sanki merk United Alice, tas-tas sekolah, thropy berderet-deret dari yang besar sampai yang kecil. Tak seperti zaman penulis khatam qur'an dulu, hadiahnya hanya buku tulis 6 buah untuk juara I, 4 buah untuk juara dua, dan 2 buah untuk juara III. Khatam qur'an sekarang hadiahnya sangat spektakuler.
            Sebelum perhelatan digelar, ada namanya tes kelayakan untuk ikut menjadi peserta khatam Qur'an. Ada beberapa kriteria untuk kelulusan. Nah kriteria inilah yang bagi sebagian "oknum" bisa "dimainkan". Mendesak para juri agar anaknya bisa diluluskan, atau kalau tidak juga bisa ditolong maka orang tua berinisiatif untuk mengikutkan anaknya khatam di kampung lain. Misalnya tidak lulus di jorong A bisa ikut tes di jorong B atau di jorong C. Penulis tidak menafikan bahwa sebagian besar peserta memang sudah layak untuk ikut helat khatam qur'an. Kata orang kampung kajinya sudah "lalu" alias lancar. Namun jangan pasang target terlalu tinggi dulu ya tentang Makharijul huruf, tentang hukum nun mati atau tanwin, hukum mim mati (sakinah), membedakan mana yang ghunnah (dengung) mana yang tidak, hukum lam ta'rif, hukum mad, tafkhim dan tarqiq, idghom, dan seterusnya. Tentang hal tersebut tentu belum bisa untuk dipertanggung jawabkan oleh para peserta khatam Qur’an tersebut.
            Sungguh ironi memang, apa yang terjadi setelah perhelatan besar khatam Qur'an, masjid, mushalla, TPA, MDA, kembali menjadi sepi. Seakan acara perhelatan khatam qur'an yang demikian meriah betul-betul telah menjadikan 'finish' untuk aktifitas membaca dan belajar alqur'an. Padahal belajar Quran itu hampir tidak mengeluarkan biaya, kecuali hanya infak seadanya. Tidak seperti les atau bimbingan belajar yang harus mengeluarkan biaya ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Anehnya untuk kegiatan ini pesertanya selalu ramai, jauh mengalahkan halaqoh Qur;an yang nyaris gratis biaya dan berhadiah pahala yang berlipat ganda bagi yang masih belajar. 
            Disinilah hendaknya para ulama memainkan peran strategisnya dalam menentukan arah kehidupan  masyarakat. Karena dari mereka publik menyandarkan kepercayaan agar beragam wilayah kehidupan ini tetap terjaga dari bermacam hal yang mungkin bisa merusak dan menodainya, termasuk dalam hal mempelajari dan mengajarkan Alqur’an, para ulama tetap menjadi panutan dalam masyarakat.
            Alangkah bijaksananya seandainya kesibukan mengurusi perhelatan khatam Alqur’an juga dibarengi dengan kesibukan mempelajari dan mengajarkan Alqur’an baik sebelum maupun sesudah acara khatam Alqur’an. Masih banyak yang mesti dipelajari seorang muslim tentang Alqur’an. Seandainya seluruh waktu kita,atau seluruh umur kita, kita gunakan untuk mempelajari Alqur’an niscaya sangat jauuuh sekali dari cukup. Ada beberapa kewajiban yang mesti kita tunaikan terhadap Alqur’an mengingat ia adalah pedoman hidup di dunia dan akhirat bagi seorang muslim;
  •  “Tahsinul Qiroah” (memperbaiki, memperbagus bacaan sesuai dengan tajwidnya),
Pada hakekatnya tilawah Alqur’an bukanlah hal yang sederhana, namun dalam bertilawah seorang qori’ (pembaca Alqur’an) dituntut untuk menjaga keaslian bacaan Alqur’an seperti yang diturunkan Allah Ta’ala kepada nabi Muhammad shalallahu alaihi wassallam  melalui malaikat Jibril. Firman Allah dalam Q:S. Al Qiyamah:18 “Apabila Kami telah membacanya maka ikutilah bacaannya”
Oleh karena itu maka Rasulullah menunjuk dan memberi kepercayaan kepada para guru Qur’an dizaman beliau seperti Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab dan Salim Maula Abi Hudzaifah. Para sahabat kemudian mengajarkan kepada para Tabi’in sampai seterusnya dengan tetap menjaga sanad (runtutan para pengajar Qur’an sejak zaman Rasulullah saw sampai sekarang) sehingga keaslian bacaan tetap terjaga. Bahkan ada ulama seperti Imam Al Jazari yang mewajibkan seorang muslim untuk membaca Al Qur’an dengan tajwid, karena hal itu merupakan penjagaan terhadap keaslian Al Qur’an.
  •  “Tahfizul Qur’an” ( menghafal ),
Selain dibaca Alqur’an juga hendaknya dihafal, dipindahkan ke dalam dada, karena hal itu merupakan ciri kok khas orang yang diberi ilmu, dan menjadi tolok ukur keimnan dalam hati seseorang. Allah berfirman dalam QS Al Ankabut : 49 “ Sebenarnya Alqur’an itu ayat-ayat yang jelas dalam hati orang-orang yang diberi ilmu, dan tidaklah mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang yang zolim,”
Rasulullah juga bersabda, “Sesungguhnya orang yang dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari Alqur’an bagaikan rumah yang tidak ada penghuninya (angker) (HR At Turmudzi),
  •  Mempelajari maknanya, mentadaburinya, serta mengamalkannya sehingga Alqur’an itu bisa menjadi pedoman bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Firman Allah QS Shod: 29
 ” Sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan berkah agar mereka mentadabburkan ayat-ayatnya dan agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang berakal.
Nah! Tunggu apa lagi? Marilah kita sama-sama selalu berinteraksi intim dengan Alqur’an sepanjang hayat dikandung badan, tidak hanya di momen-momen menjelang acara khatam Alqur’an saja, agar kita beroleh manfaat yang berlimpah darinya.

Tanah Mati, 20 Maret 2012

Comments

Popular posts from this blog

CIRCLE BERNAS #1

REVIEW JOURNAL #7 ApresiAKSI

TEAM BUILDING