BUAH SOLEK


Awal tahun 2000-an bumi pertiwi melahirkan seorang anak dalam jenjang pendidikan lagi yang diberi nama PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang terdiri dari tiga  anak kembar Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS), setelah lebih dari 6 dekade mempunyai anak bungsu bernama Taman Kanak-Kanak.
Taman Kanak-Kanak (TK) yang sudah lama menjadi anak bungsu, alias tidak punya adik, tiba-tiba harus menjadi seorang kakak. Kehadiran seorang adik—kalau orang Minang bilang namanya “buah solek”*—yang tidak begitu diharapkan TK, kerapkali masih sulit ia terima.  Kecemasan akan kalah bersaing dengan sang adik, atau kekurangan kasih sayang dari sang bunda, terasa  susah untuk ia tepis. Ia yang selama ini sudah berhasil mendidik jutaan anak negeri terkadang menimbulkan sikap angkuh dan sombong karena merasa sudah besar, berpengalaman, berprestasi dan sebagainya.

Tahun 2010 sebuah kenyataan teramat berat harus dialami TK bahwa ibu kandungnya ternyata adalah Dirjen PAUD. Dirjen TK-SD yang dianggapnya sebagai ibu kandung, yang telah membesarkan merawat dan mengayominya selama ini ternyata hanya ibu angkat. Ia baru sadar, kenapa selama ini dibawah asuhan TK-SD dia terkadang merasa sebagai anak tiri. Ia juga baru menyadari bahwa selama ini bahwa selama ini ia sering mengeluh, mengadu dan minta bantuan pada TK-SD sering tidak digubris. Tidak mendapat dana BOS seperti sang kakak di SD, tidak mendapat kucuran dana seperti si anak buah solek,PAUD. Kalau mengadakan kegiatan harus mandiri, mengumpulkan dana sendiri baik  itu dari kocek guru sendiri atau dari dana sumbangan wali murid. Apapun kegiatan yang harus diadakan entah itu hanya sekadar rapat atau pertemuan rutin bulanan, atau mengadakan lomba untuk anak atau guru, mengadakan perayaan tujuh belas Agustusan, menggelar pawai bersama atau apapun bentuknya tak pernah luput dari iyuran.
Alhamdulillah pemerintah punya kebijaksanaan untuk menyatukan saudara-saudara yang terserak. Mempertemukan saudara kandung  seibu sebapak, TK, KB,SPS,&TPA yang selama ini terpisah didalam satu rumah ,Dirjen PAUD. Tak layak lagi dalam satu rumah terjadi saling cek cok, iri, dengki, merasa sombong, merasa hebat, merasa sudah berpengalaman, merasa berjasa atau sebaliknya merasa minder, rendah diri, tidak percaya diri dan sebagainya. 
Mari bekerjasama bergandeng tangan, bahu membahu, tolong menolong dalam mendidik anak-anak usia dini harapan agama, bangsa dan negara tercinta ini, sehingga kita bisa memberikan hadiah istimewa nan indah di hari ulang tahun Indonesia ke-100. Menyuguhkan pemimpin-pemimpin yang hebat, adil, bijaksana, bersih, jauh dari korupsi, peduli, dan berkarakter untuk sang ibu pertiwi. Banyak manfaat yang kan kita peroleh kalau kita bersatu, daripada sibuk mencari kelemahan dan kekurangan kakak atau adik kita. Semoga!!
Tanah Mati, 7 Maret 2012
*buah solek : buah-buahan yang berbuah tidak pada musimnya

Comments

Popular posts from this blog

CIRCLE BERNAS #1

REVIEW JOURNAL #7 ApresiAKSI

TEAM BUILDING