INGIN ANAK ANDA CEPAT PANDAI MEMBACA?


Apa usaha yang sudah anda lakukan? Apakah anda menyediakan fasilitasnya? Apakah anda memarahinya ketika anda mengajarinya dalam beberapa menit, namun ia belum juga menguasai seperti yang anda harapkan? Apakah anda mengajarkannya dalam kondisi anak anda tertekan? Berapa banyak peraturan yang anda jejalkan sebelum ia memegang buku?
Setiap orang tua hampir dapat dipastikan akan menjawab pertanyaan judul diatas dengan “YA”. Namun terkadang ada hal-hal yang sering terlupakan ketika proses pengajaran tengah berlangsung. Ada hak-hak anak yang terampas karena keinginan dan target-target orang tua yang harus dicapai, seperti hak anak untuk bermain, bergembira dan tertawa, tidak terbebani dan memberatkan, tidak terpaksa dan memaksa dan seterusnya, dan seterusnya.


Berikut saya akan “share” proses belajar membaca pada kedua putri kami, Aisyah dan Fathimah, yang berlangsung secara natural dan menyenangkan serta tidak terpaksa ataupun memaksa. Keduanya sudah bisa membaca sebelum berumur lima tahun. Tak lama berselang mereka sudah bisa membaca dalam hati dan subhanallah, paham dengan apa yang dibacanya serta bisa menceritakan kembali isi bacaannya, lengkap dengan nama-nama tokoh dan settingnya. Sekarang, mereka, alhamdulillah sudah keranjingan membaca, tak boleh ada buku-buku yang terlewatkan untuk mereka baca. Di usia dini bahkan mereka sudah menamatkan berpuluh-puluh buku cerita, novel, komik sains dan buku-buku pelajaran yang bermateri berat yang disajikan dengan “fun”.

Dalam mengajarkan anak-anak membaca kami (ayah dan ummi) menerapkan prinsip “Belajar membaca dimana saja, kapan saja, dan dengan media apa saja.” Kami mencampur semua metode belajar membaca yang kami ketahui, tanpa ekstrim terikat dengan satu metode saja, seperti metode phonik, metode whole language, metode mengeja, metode ba bi bu be bo, metode gambar, metode nyanyi dan lain-lain.
Berikut saya paparkan hal-hal yang menyangkut media yang kami gunakan, metode yang diterapkan dan waktu penyajian.
  • Kartu dari dus bekas
Saya membuat kartu-kartu dari dus bekas susu, yang terdiri dari huruf, kata,dan gambar. Gambar diwarnai dengan krayon supaya menarik. Kartu ini bisa dimainkan kapan saja dan dimana saja karena bentuknya yang kecil, simpel, mudah dan murah. Kartu ini bisa berfungsi sebagai sarana untuk mengenal huruf dan kata sekaligus karena dipermudah oleh gambar. Penyajiannya bisa dengan bermain tebak-tebakan, permainan seperti permainan kartu “remi”-cangkul, atau dengan membaca biasa.

  • Menonton VCD
Menonton adalah akitifitas yang sangat disukai anak-anak. Begitu juga dengan kedua putri kami. Untuk itu kami menyediakan kaset-kaset yang menunjang aktivitas membaca seperti kaset Diva, Barney,dan film-film kartun yang ada teks bacaannya. Biasanya mereka akan memutar ulang kasetnya berkali-kali sampai mereka hafal setiap kata dan dialognya tanpa merasa bosan. (Memang begitulah dunia anak, sangat berbeda dengan orang dewasa yang cukup melihat dan menonton sekali saja selanjutnya akan merasa bosan.)
Kami sengaja tidak menyediakan televisi di rumah karena televisi akan menyita banyak waktunya untuk melakukan hal-hal lain seperti membaca, bermain secara kreatif, berimajinasi, menggambar, menulis, dan lain-lain.
  • Whole Language
Whole language yaitu mengajarkan anak berbahasa dengan cara yang patut dan menyeluruh. Ada 6 kunci dasar dalam whole language :
1. Immersion-Pencelupan dan penenggelaman anak dalam bahasa dan tulisan. Semua benda yang ada disekitar, saya usahakan untuk menuliskan namanya, misalnya pintu, dinding, lemari, rak, kaca, label/nama setiap mainan dan seterusnya. Singkat kata saya membuat suasana kaya dengan tulisan.

2. Opportunity and recources -Menyediakan waktu, material, wahana, dan kegiatan dimana anak bisa menjadi pendengar dan komunikator, seperti melakukan diskusi sebelum dan sesudah membacakan buku cerita, curah pendapat terkait dengan buku cerita memancing reaksi anak sembari membaca, mebuat pertanyaan terbuka setelah bercerita-pertanyaan yang jawabannya bukan ya atau tidak, tapi jawaban yang membutuhkan penalaran, membuat kesepakatan dan seterusnya.
3. Meaningful communication-menfokuskan komunikasi pada hal yang bermakna, dimana pengalaman berbicara, mendengar, membaca dan menulis ditampilkan secara utuh. Misalnya rekreasi ke tempat yang ia senangi, membuat resep kue sederhana, menanam bunga, memelihara hewan kesayangan, berkunjung ke rumah nenek, bermain di sawah, mandi hujan, pergi ke pesta dan lain-lain. Saya memotivsi serta memancing anak untuk bercakap, menceritakan dan berkomentar terhadap pengalaman yang telah mereka lakukan dan peroleh. Kegiatan bercerita bisa dilanjutkan dengan menuliskannya. Biasanya ini menjadi lebih seru karena ia mengalaminya langsung, dan kan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

4. Teacher as communication role model- Guru atau orang tua adalah tauladan bagi anak. Saya berusaha menjadi fasilitator yang bisa mengkondisikan anak kepada suatu keadaan dimana anak terundang untuk mendengar dan berbicara. Selanjutnya saya dan ayahnya juga berusaha menjadi model sebagai orang yang suka membaca dan menulis bagi anak-anak.


5. Acceptance- Menerima anak sebagai pembaca dan penulis. Yaitu menerima dan memahami apapun yang dibaca dan ditulis anak sesuai dengan gaya dan kemampuannya masing-masing. Saya menghargai pencapaian yang telah diraih anak, (dalam hal ini pelan tapi pasti ada peningkatan dari hari-kehari) dan menganggap kesalahan sebagai suatu proses yang wajar dalam pembelajaran.

6. Expectancy- menciptakan atmosfer yang mengandung harapan. Membangun iklim yang dapat mendorong dan membantu tumbuhnya budaya aksara secara terus menerus.
Anak-anak sering diajak dan mengajak pergi ke toko buku untuk memilih sendiri buku-buku yang mereka inginkan, under control tentu saja. Atau ketika kantong-kantong sedang tipis kita hanya berburu buku loak atau majalah out of date di pasar. Atau di lain waktu berkunjung ke perpustakaan daerah di Bukittinggi atau di Payakumbuh. Menyediakan tempat menyimpan buku yang gampang mereka raih, sehingga kapanpun mereka ingin membaca mereka dapat melakukannya. Ringkasnya kami selalu berusaha menyediakan bacaan untuk mereka baca. Mengajaknya menabung untuk belanja buku, serta mendidik dan memberinya pengertian untuk tidak "crazy about" jajan makanan-makanan "sampah".

  • di Dapur
Belajar tak mesti harus di tempat khusus seperti diruang kelas atau di ruang belajar,di dapurpun juga bisa. Saya ajak anak membantu memasak di dapur apapun yang dipegang bisa jadi media belajar, contoh cabe, daun bawang, kentang, tomat bisa menjelma menjadi berbagai huruf. Selanjutnya dirangkai menjadi kata dan kalimat, namun tetap dalam suasana bermain yang menyenangkan. Sebab tak ada anak yang tak suka bermain. Bermain telah menjadi kebutuhannya semenjak ia merasakan bagaimana asyiknya bermain.

  • di Halaman
Sembari membersihkan halaman seperti menyapu dan mencabut rumput bermain huruf dan kata juga bisa dilaksanakan. Mencoret-coret di tanah, menjadikan lidi rangkaian huruf, atau bermain huruf dengan tajak, sabit dan cangkul.

  • Dimana-mana
Pendeknya, kegiatan dan keterampilan berbahasa bisa dilaksanakan dimana saja, diperjalanan, di pasar, di super market, antri di kassa, antri di ruang tunggu dokter, antri di bank dan seterusnya. Tidak harus selalu dengan memegang buku, gunakan saja media yang ada disekeliling dan sekitar kita.

  • Karpet Huruf dan Kata
Karpet huruf juga jadi media belajar dan bermain yang seru. Anak-anak balapan menginjak huruf atau kata, atau saya menyembunyikan huruf tertentu dan anak-anak mencari dan memburunya. Biasanya mereka sangat gembira, antusias dan saling bersorak riang.

  • Tebak-tebakan
Tebak-tebakan bisa menggunakan kartu atau jari, tangan, atau seluruh badan, tergantung keinginan anak dan kreasi bersama. Saya juga biasa menulis huruf atau kata di punggung mereka dan mereka menebaknya, atau sebaliknya mereka yang menulis saya yang menebak.

  • Bernyanyi
Hampir semua anak suka menyanyi. Begitu juga anak-anak saya. Huruf-huruf juga dinyanyikan, seperti yang ada di metode fonik -seperti huruf a, Aku cinta Allah, a a a, bunyi huruf a. Huruf b, Bola biru bulat, beh beh beh, bunyi huruf b. Huruf c Caca lari cepat ceh ceh ceh, bunyi huruf c dan seterusnya sampai huruf z.

  • Menggambar
Kegiatan menggambar juga sangat disukai anak-anak. Menggambar menunjang berbagai aspek kecerdasan seperti seni, kreasi, daya cipta, kognitif, motorik, konsentrasi dan sebagainya. Nah selesai menggambar saya minta anak untuk menceritakan apa yang dibuatnya secara verbal. Selanjutnya ia dimotivasi untuk menuliskan nama setiap gambar yang dibuatnya. Dibantu menyebutkan hurufnya kalau belum bisa, dan secara bertahap didorong untuk menuliskan kalimat, sampai kelak bisa merangkai kalimat menjadi sebuah karangan pendek. Subhanallah, tak terasa lambat laun anak-anakku sudah bisa mengarang cerita-cerita pendek.
Nah, para ibu sekalian...Ada satu hal yang hendaknya kita pahami bahwa setiap anak mempunyai gaya belajarnya sendiri, kemampuan dan tingkat pencapaian yang juga berbeda - ada yang lambat dan ada yang cepat, walaupun terlahir dari orang tua yang sama. Oleh karena itu alangkah bijaksanya kalau kita tidak membanding-bandingkan kemampuan membaca anak yang satu dengan anak yang lainnya, terlebih kala berada dihadapan mereka. Semoga bermanfaat.





Tanah Mati, 31 Mei 2011

Comments

Popular posts from this blog

CIRCLE BERNAS #1

REVIEW JOURNAL #7 ApresiAKSI

TEAM BUILDING