DREAM COMES TRUE : Steps to Bunda Sholihah
#Bunda Produktif
Saudaraku, inilah seuntai catatan
sebelum perjalanan ruhiah ke tanah suci,
nan syahdu dan mengharu biru. Kuberharap bisa berbagi manfaat meski dengan
segala kedhoifan diri.Betapa sangat terasa Allah begitu dekat, pertolongan-Nya
begitu nyata, tarbiah dan hikmah-Nya langsung terasa tanpa perantara. Telunjuk langsung
di hadapkan ke diri, betapa tak boleh ada jenak yang terbuang sia-sia di setiap
nafas yang hela menghela.
Salah satu pelajaran di kuliah
Bunda Cekatan Ibu Profesional adalah“Meraih Mimpi Menata Masa Depan”. Bahwa
kita perlu mempunyai mimpi, karena mimpi adalah cita-cita yang diberi tanggal
dan tenggat waktu untuk diwujudkan.
Dulu, tahun 2005, pernah kutulis mimpi-mimpiku
dibuku diary. Diantara deretan mimpi itu, salah satunya adalah menunaikan
ibadah haji. Ya, kutulis bahwa aku harus naik haji maksimal diumur 40 tahun, yakni
dalam rentang usia dimana kekuatan fisik masih bisa diandalkan.
Banyak kemudian orang-orang yang
berkomentar di hari-hari sebelum keberangkatanku ke tanah suci. Tak sedikit
juga yang merasa heran dan tidak percaya “Kok bisa ya mereka berdua naik haji?”
Ada juga yang bahkan bertanya langsung” Dari ma dek kau dapek piti poi oji?
(Dari mana kamu mendapatkan uang untuk pergi haji?). Banyak bona piti kau
poi oji tu ieh ( Banyak sekali uangmu untuk pergi haji).Pari kau
malungguk en piti tu lei? (Kapan sih kamu mulai ngumpulin
uang?)”
Adalah sangat pantas dan wajar
orang-orang merasa heran karena memang secara finansial kami bukanlah orang
kaya yang berpenghasilan tinggi. Kami tak memiliki sumber-sumber rupiah yang
mengalir deras. So, bagaimana
bisa ya?
Saudaraku, untuk sebuah mimpi
besar ini, prosesnya panjang lho. Menghabiskan waktu 9 tahun masa
penantian itu, dan 5 tahun masuk daftar tunggu setelah mendapatkan nomor porsi
calon haji.
Tahun 2007, aku dan adikku mengumpulkan
ibu-ibu sepantaranku --umur dibawah atau diatasku sedikit. Mengajak mereka untuk
mengaji dan belajar bersama (dari dulu aku emang hobi ngumpulin
orang-orang he he). Kelak komunitas
ini bernama An Nahl. Dari An Nahl muncul berbagai ide cemerlang yang terus
berkembang, bahkan telah melahirkan yayasan,
sekolah, berbagai majlis ilmu, tahsin, tahfiz, BMT,biro travel dan seterusnya .
Materi kuliah Ibu Profesional “Learn How to Learn” telah terterapkan unconsciously.
Setelah beberapa kali pertemuan di
majelis ilmu An Nahl berlangsung tercetuslah ide untuk mengadakan arisan. Tapi
saat itu aku berpendapat bahwa akan lebih baik kalau anggota menabung saja,
sehingga anggota tidak mesti rutin mengeluarkan uang dalam jumlah yang
ditentukan. Kalau diadakan arisan, kendala akan muncul tatkala anggota tidak
punya uang, tapi setoran harus dilakukan. Nah, kalau dengan menabung
anggota boleh mengumpulkan uang sesuai kemampuan saja.
Jadilah waktu itu para anggota
menabung saja dan pada saat itu, aku pribadi berniat bahwa uang tabungan itu
adalah untuk ongkos naik haji. Teman-teman lain ada yang niatnya untuk biaya
sekolah anak, untuk kebutuhan lebaran, untuk biaya kurban dan lain-lain.
Akupun mulai menabung di majlis
ilmu An Nahl itu. Nominalnya kecil sekali, mulai dari Rp 3000, atau Rp 5000
atau terkadang Rp 10.000. Tatkala tabungan itu telah berjumlah Rp 300.000 kuberanikan untuk membuka rekening
haji di Bank Muamalat. Demikianlah seterusnya saat receh telah berjumlah
seratus atau dua ratus ribu kupindah saldokan dari tabungan majlis ilmu An Nahl
ke bank Muamalat.
Belakangan aku semakin percaya
bahwa ongkos haji itu Allahlah yang
membayarnya. Kita hanya butuh memvisualisasikan mimpi dalam bentuk karya dan
aksi nyata, dan memasang niat yang kuat di dalam sanubari. Maka selanjutnya Allah
akan mudahkan bagi kita jalan untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah. Allah akan
membukakan rezki dari sumber-sumber yang tak terduga, yang akan mengisi pundi
celengan ongkos.
Disamping, aku juga berusaha
menjadi bunda produktif, berusaha agar ongkos naik haji itu bersumber dari
hasil keringatku sendiri agar betul-betul bisa menjaga kehalalannya. Bukankah rezki
yang halal punya keberkahan yang melimpah?Apa yang kulakukan demi menjadi bunda
produktif?
1. Proyek sosial
Sejatinya aku adalah seorang
guru, dan passion mengajar itu tak begitu saja pupus walaupun aku sudah resign
menjadi guru PNS semenjak tahun 2002. Dari dulu, dimanapun tinggal (dulu aku nomaden) di kota Padang,
Jakarta, Bekasi, Tambun, dan sekarang di Payakumbuh aku selalu ngumpulin
orang-orang buat belajar bersama.
Di Payakumbuh semenjak tahun 2005
aku mendirikan tempat bimbingan belajar dan kursus untuk anak sekolahan di sore
hari. Alhamdulillah muridnya bahkan sampai menuju angka seratusan. Aku dan
suami yang bertindak sebagai guru.
Tahun 2007 dari majelis ilmu An
Nahl lahirlah sekolah yang dimulai dari tingkat prasekolah. Alhamdulillah
jumlah murid rata-rata pertahun diatas angka seratus. Tapi jangan dibayangkan
ini proyek bisnis yach, karena ini adalah proyek sosial. Betapa tidak,
uang sekolah cuma Rp 2000 perhari (sekarang Rp 3000), cuma cukup untuk 2 ikat
sayur kangkung, saudara-saudara. Kenapa begitu murah? Aku ingin agar keluarga
yang kurang mampu juga mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Begitu juga
dengan bimbingan belajar dan kursus aku cuma memungut Rp2000 perpertemuan,
kecuali belajar mengaji dan membaca alqur’an sering malah gratis.
Aku sangat yakin dengan konsep
berbagi,yang beralaskan keikhlasahan. Aku sadar betul bahwa "Keikhlashan adalah perjanjian tidak
tertulis antara guru dan murid. Keikhlasan bagai kabel listrik yang
menghubungkan guru dan murid. Dengan kabel ini ilmu akan lancar mengucur.
Sementara aliran pahala yang deras terus melingkar para guru yang budiman dan
murid yang khidmat. Niatnya hanya demi memberi kebaikan kepada alam raya seperti
yang diamanatkan Tuhan. Hubungan tanpa motivasi imbal jasa, karena yakin Tuhan
yang Maha Pembalas terhadap pengkhidmatan ini. Keikhlasan adalah sebuah Pakta
Suci." (A Fuadi).
Allah
Ta'ala tak pernah sia-sia, tak pernah tidur, dan tak ada suatupun yang luput
dari pengawasan dan penglihatan-Nya. Begitu juga dengan bakti para guru, walau finansial yang diterima sangat minim, namun guru istimewa dikaruniai anak-anak yang sehat
wal'afiat, pintar dan berakhlak baik, rezki mengalir lewat usaha suami yang
lancar, order pekerjaan yang tak pernah putus, usaha dagang yang selalu untung,
rumpun-rumpun padi yang berbuah melimpah, coklat yang berbuah lebat, itik yang
bertelur banyak,dan seterusnya. Maka ni'mat Tuhan yang mana yang kamu
dustakan?
2. Cooking
Cooking adalah passionku yang lain. Aku selalu
penasaran dengan resep-resep enak dan selalu ingin mencobanya terutama resep-resep
yang murah meriah, (hehe). Resep yang sesuai budget tentunya.
Nah, memasak ini baru masuk ke
ranah bisnis. Beruntung sekali hobi memasakku ini bisa menghasilkan uang.
Seringnya sih jualan kue made by order. Jadi penghasilannya tak
tentu dan tak tetap. Namun semenjak resmi terdaftar sebagai calon jamaah haji ,
orderan semakin meningkat, sehingga tabungan haji segera terus bertambah saldo.
Alhamdulilllah
3. Berjualan pakaian
Silaturrahiim dengan teman-teman
dan sanak keluarga adalah saat-saat berharga. Begitu juga kala berkumpul dengan
ibu-ibu di majelis ilmu dan kuliah off-line ibu professional. Aku juga
memanfaatkan moment tersebut
untuk berjualan pakaian. Sembari menyelam minum air.Alhamdulillah.
4. Reseller buku-buku
Membaca dan memiliki buku-buku
juga merupakan passionku. Mempunyai toko buku besar adalah juga termasuk
barisan mimpiku. Untuk sementara kumulai dengan reseller buku-buku dulu.
Untuk ukuran sebuah kampung buku-bukuku boleh dibilang termasuk laris sebab
cukup banyak orang yang tak perhatian dengan buku kecuali hanya sebagian kecil
saja.
Teman-temanku, terutama, lebih
senang membaca dan meminjam buku-buku dari pustaka pribadiku daripada beli,
hehe., Namun walau demikian tetap saja ada yang membeli buku sehingga
persenannya menambah pundi-pundi rupiahku. Alhamdulillah.
5. Agen berkah
Aku juga tertarik dengan ilmu
kesehatan, terutama ilmu kesehatan non medis tapi bukan ilmu klenik dan
perdukunan lho. Aku curious belajar ilmu bekam dan pengobatan
herbal. Aku juga belajar terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique),
terapi untuk pengobatan penyakit fisik dan mental. Selanjutnya aku belajar mengurut
dan acupressure, serta belajar obat-obatan kampung.
Motivasi awal belajar adalah
untuk membantu keluarga dan teman-teman dekat, namun kemudian semakin meluas
dan akupun beroleh income dari kesenangan ini. Rasa bahagia memenuhi
relung hati tatkala bisa menolong orang lain, dan menerima berkahnya.
Alhamdulillah.
6. Sharing ilmu
Aku senang belajar dan aku
belajar apa saja yang aku senangi . Aku rela berkorban waktu, tenaga bahkan
biaya untuk belajar pelajaran yang kusenangi.
Topik tentang pendidikan adalah salah satu pelajaran yang aku senangi .
ujung-ujungnya aku malah jadi “wanita panggilan”. Diundang untuk menjadi
narasumber (cee illeee) diberbagai forum terutama yang berkaitan dengan
pendidikan agama, keperempuanan , serta pendidikan anak dan keluarga. Aku tak
pernah berharap beroleh uang dari lini ini, karena aku senang
melakukannya. Dibayar tak dibayar aku
tak pernah peduli. But, in fact I get the cash. Alhamdulillah.
7. Menulis
Beberapa tahun belakangan aku
ketemu passionku yang lain. Ya, ternyata aku juga senang menulis. Aku
terus berlatih menulis dan menulis. Dan agar lebih terarah aku juga ikut
sekolah menulis. Shortly, aku juga dapat fee dari hasil menulis.
Alhamdulillah.
Finally, uang yang kukumpulkan dan kutabung sedikit-demi
sedikit dari hasil keringat sendiri tanpa meninggalkan anak dan keluarga,lama-lama
menjadi bukit. Qadarullah, musim haji tahun 2014, tepat ketika umurku 40
tahun, aku dan suami dapat memenuhi undangan Allah untuk menunaikan ibadah haji
ke tanah suci. Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahuakbar!!!
Tanah Mati, 25 Februari 2015
Comments
Post a Comment