DATUK UJAN DAN AYAT ANEH
Hujan turun sangat deras
sore itu. Kala magrib menjelangpun awan masih menyisakan rintik-rintik,
sehingga hawa senja terasa cukup dingin. Mungkin itu sebab tak seberapa
teman-teman ngaji masa kecilku yang hadir di mushalla. Lima
orang guru ngaji kami juga tak ada yang datang.
Azan Magrib telah
dikumandangkan salah seorang temanku. “Siapa yang jadi imam ya?” batinku.
Untunglah ada Datuk Ujan, seorang kakek berumur sekitar 80 tahunan, yang baru
pulang dari Dumai. Walaupun kelihatan sedikit bungkuk tapi beliau terbilang
cukup sehat dan kuat . Beliau maju dan bertindak menjadi imam shalat Magrib.
Lantunan surat Alfatihah mengalir dengan irama yang khas. Alunan
suara tua beliau menandakan gigi beliau sudah ompong. Setelah koor amiin dari
makmum laki-laki, lanjut ke bacaan surat pendek. Tapi kok aneh ya? Datuk Ujan
membaca ayat yang aneh. Tak pernah selama ini imam dan guru ngajiku
membaca ayat aneh seperti itu. Namun aku tahu kalau beliau masih membaca ayat
Alqur’an. Itu kan ayat yang aku baca waktu pertama kali naik tingkat ngaji dari juz
amma ke Alqur’an.(Dulu belum ada metode baca qur’an Iqro’, kami ngaji
dengan metode lama yang dieja dan dinyanyikan). Ya, beliau membaca surat
Albaqoroh mulai dari ayat 1 sampai sekian aku lupa. Sampai shalat magrib
selesai, aku bingung dan bertanya-tanya dalam hati sendiri. Apakah sah shalat
ini, karena datuk Ujan tak membaca ayat pendek seperti imam-imam yang
lain.
Konon pertanyaanku ini--waktu itu aku masih duduk antara kelas dua atau
kelas tiga SD (lupa)-- baru terjawab ketika aku sudah kelas 2 SMA, kala sudah
menjadi santri kalong di pesantren Hidayatullah Kuranji. Para ustadz di
Hidayatullah sering membaca surat lain, selain surat-surat pendek.
Apakah teman-teman pernah mengalami hal serupa yang kualami masa kecil
itu?Pernah merasa imam membaca ayat yang aneh? Semoga saja tidak ya?. Betapa
memalukannya, hiks.
Btw, Apakah teman-teman pernah menghafal
surat pendek mulai dari surat An Nas sampai surat Adh
Dhuha? Aku tidak pernah menghafalnya, lho. Tapi aku betul-betul
hafal surat-surat tersebut. Aku hafal hanya karena imam sering membaca
surat-surat itu. Saban hari, saban minggu, saban bulan bahkan bertahun-tahun
semenjak aku belum sekolah-- rajin ikut mama ke mushalla-- sampai aku remaja
imam selalu membaca antara surat An Nas sampai surat Ad
dhuha saja. Kalau imam salah membaca, maka hafalanku juga akan ikut
salah. Ternyata memang kemudian diketahui bacaanku masih banyak yang salah,
walaupun pernah beberapa kali juara MTQ, hiks. (ehem, tingkat apa
dulu...)
Namun demikian, jasa guru ngaji masa kecilku itu tak kan pernah pupus . Mereka yang telah mengajariku bertahun-tahun, mulai dari alif, ba, ta sampai kajiku lancar, bertajwid,berirama bahkan khatam. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda, serta beroleh jannahNya yang penuh dengan kenikmatan tiada tara, amiin.
So, kapan aku memperbaiki bacaan? Kala telah tamat S1. Ketika ikut Dauroh Qur’an
yang diadakan Khairu Ummah yang dibiayai oleh WAMY
(World Assembly for Moslem Youth) dengan instruktur para ustadz dari
Ma’had Alhikmah Jakarta di Kayu Tanam Sumatera Barat tahun 1999. MaasyaAllah terlambat
sekali ya? Anyway, Alhamdulillah wasyukrulillah Allah Ta'ala
kasih aku jalan untuk belajar, yang kelak menjadi titik balik nyanyian
kehidupanku.
Salah satu Fadho'il Qur'an adalah bahwa Ahlul
Qur'an adalah yang paling berhak menjadi imam dalam sholat. Rasulullah
saw. bersabda "Yang
berhak menjadi imam adalah yang paling banyak interaksinya dengan Alqur'an."
(HR Muslim).
Rekomendasi yang
diberikan Rasulullah saw. ini bukan hanya semata-mata penghargaan
terhadap ahlul qur'an, namun juga menunjukkan peran yang harus
diunggulkan dalam masyarakat, yakni pembelajaran dan pembinaan. Pelaksanaan
shalat berjamaah di masjid secara rutin merupakan pembinaan yang sangat efektif
bagi ummat. Tentu saja harus didukung dengan imam yang berkualitas sesuai
dengan rekomendasi Rasulullah saw.
Sayang, kondisi
masyarakat masih jauh dari standar yang ditentukan Rasulullah. Terbukti surat
yang dibaca imam disebagian besar masjid masih seputar surat pendek.
Kalau ada imam yang sering membaca surat yang lebih panjang maka masuk request ke
pengurus masjid agar imam X jangan dibiarkan jadi imam (ini di tempat
saya lho, mudah-mudahan tidak terjadi di tempat teman-teman yach).
Dalil yang dipakai adalah bahwa, "Imam harus tau keadaan ma'mum, ada
ma'mum yang tua, lemah, atau anak-anak". Apakah sepanjang tahun
mesti begitu? (nanya ulama). Kalau begitu terus kapan pembelajaran dan
pembinaan akan berlangsung?
Sungguh, kondisi seperti
itu akan mengakibatkan kerugian bagi ummat. Ummat menjadi asing dengan
ayat-ayat alqur'an, karena bertahun-tahun hanya mendengar ayat atau surat
tertentu saja. Tentu ini akan berdampak kepada sulitnya membaca dan menghafal
Alqur'an. Apatah lagi untuk merasakan ruh dari ayat Qur'an yang dibaca, sulit
memahami mana yang bermaksud ancaman, himbauan,perintah atau larangan. Peran
Alqur'an sebagai pedoman hidup yang mencakup segala aspek kehidupan seperti
yang mengatur rumah tangga, ekonomi, manajemen, politik, bernegara dan
seterusnya, tidak tersampaikan secara optimal.
So, how?Mari ajak diri dan
keluarga untuk terus belajar Qur'an serta selalu berinteraksi intens dengan
Alqur'an. Ibda' binafsi. Allahua'lam bishhowaab.
Tanah Mati, 15 Maret 2015
Aamiin YRA...
ReplyDeleteSubhanallah..teringat masa kecil yg bahagia, surau adalah rumah ke dua..tetingat bapak2 dan datuk2...semoga beliau2 ditempatkan ditempat yg indah yg Allah janjikan..semoga bermunculan penerusmu..Aamiin
amiin...Nostalgia ini uniii
Delete