KISAH RAMADHAN TANPA 'R'
Ada tantangan menulis dari
Isa Alamsyah tanpa mengikutsertakan huruf “R”. Sembari berlatih menulis dan
memperkaya kosakata kutulis kisah ini, dan…… inilah kisahnya…
Yaa ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumushshiyamu kama kutiba ‘alalladzina minqqob likum la’allakum tattaquun
“KISAH
RAMADHAN TANPA ‘R”
Yaa ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumushshiyamu kama kutiba ‘alalladzina minqqob likum la’allakum tattaquun
Bulan suci sudah diambang
pintu. Kita mesti siap-siap supaya tak ada penyesalan kelak setelah ia lewat
tak diisi dengan amalan yang maksimal. Kegiatan home team kita dimulai dengan
menyusun agenda-agenda ibadah, mendiskusikan, menulis dan menempelnya di
dinding.
O ya sebelum bulan puasa
menjelang, tim kita sudah sepakat bahwa tak ada kegiatan balimau ke
tempat-tempat pemandian umum umpamanya ke Batang Tabit, Ngalau, Harau, Atlantika
ataupun sungai dan danau sebab balimau sejatinya bukan dilakukan di
tempat-tempat umum yang menggabung laki-laki dan wanita, anak-anak dan dewasa
menjadi satu. Akan tetapi balimau dilakukan dengan niat mensucikan badan dan
hati menyambut bulan ampunan ini dilakukan di kediaman kita saja. Alhamdulillah
anak-anak sudah paham hal ini.
Kini bulan shiyam betul-betul
sudah datang. Selalu ada kisah istimewa anak-anak yang tak boleh luput
pencatatan tentang bulan penuh kemenangan ini.
Di bulan suci ini balapan
tilawah dengan anak-anak sungguh sesuatu sekali. Momen ini membawaku kilas
balik ke masa silam saat kuliah dulu. Betapa dengan teman-teman akhowat sewisma
saling lomba meningkatkan tilawah. Dahulu-mendahului, tak boleh ada waktu luang pupus sia-sia.
Subhanallah indah dan syahdunya suasana itu.
Segala puji hanya bagi
Allah, momen itu seakan tiba dihadapanku lagi, dulu dengan teman-teman, kini
dengan anak-anak, buah hatiku, buah cintaku.
Setiap ba’da sholat wajib
sulungku selalu mengambil mushaf dan melanjutkan tilawahnya. Ia juga tahan
begadang sampai jam dua malam untuk
tilawah,begitu juga ba’da subuh, ia tahan mengaji sampai waktu dhuha.Tak sama
dengan emaknya yang selalu kalah melawan kantuk, hiks….Akibatnya sang emak
sudah dikalahkannya pada yaum ke empat. “ Ummi sudah juz be*apa?” begitu
dia be*tanya ba’da tilwahnya. Ummi
menjawab “juz sekian” . “Hah ????Ummi kalah, hua ha ha……hua ha ha,” begitu
tawanya berderai penuh kemenangan. Ummi tersenyum malu. Nun jauh dilubuk hati
ada selipan bangga, anakku bisa mengungguli aku (#Emakselaluketinggalan)
Semenjak itu, setiap
selesai tilawah soal yang sama selalu diajukannya padaku. Aku tak dapat lagi
mendahuluinya.Ya, Sulungku sudah pilih amalan unggulannya, dan dia
sungguh-sungguh dengan pilihannya itu.
Ketika kita punya kegiatan
lain yang mesti ditunaikan, anak-anak pasti minta pulang lebih cepat, sebab
takut ketinggalan tilawahnya. “Ayo pulang cepat Mi, tilawahku belum tuntas
nih!’ begitu ia mendesakkku. Ia juga selalu siap menjadi Bibi Titelitiku,
penjaga waktuku.
Amalan-amalan lain yang
sudah biasa dilakukannya, Alhamdulillah juga masih tetap tekun ia laksanakan,
seumpama lail dan penutupnya, sedekah, menyimak dan mencatat kuliah ustadz
setiap malam, kegiatan tahfiz dan nge-MC di masjid.
(to be continued)
Tanah Mati ,Juli 2014
Comments
Post a Comment