BELAJAR TEGA
“
Sini!, sini ibu bawakan, tas ini telalu berat bagimu!”, kata Bu Dewi pada
putranya yang berumur enam tahun yang bersekolah disebuah TK . Sang putra ingin
berusaha membawa sendiri tas sekolahnya yang isinya cuma air minum bekal
makanan, dan sekotak krayon. Sebelum berangkat sekolah juga begitu. Bu Dewi
membantu semua pekerjaaan yang semestinya sudah bisa dilakukan oleh anaknya
seperti menyuapi makan, memakaikan pakaian, dan memasang sepatu, dengan alasan
agar bisa segera beres dan rapi.
Lain
lagi ceritanya dengan Bu Tita yang berteriak teriak pada putrinya yang berumur
9 tahun. “Eeeee....eeee.....jangan! jangan! Nanti kena api! Awas kena minyak
panas!”. Ketika itu putrinya ingin menggoreng telur ceplok sendiri untuk menu
makan siangnya.
Bunda,
memberi kesempatan dan menyediakan ruang bagi anak untuk mencoba dan
mempraktekkan keterampilan hidup adalah sebuah keniscayaan karena anak tidak akan
selamanya ada bersama kita, orang tuanya. Ada sebuah kata-kata bijak yang
pantas kita cermati, “Janganlah kamu memanjakan anak hari ini, untuk menyiksa
dan memenjarakannya dikemudian hari”.
Selanjutnya
Bunda, ada beberapa penyakit orang tua dalam membesarkan anak yang selayaknya
kita waspadai; Pertama, rasa unsecure yakni rasa takut kehilangan
anak. Ini biasanya diidap oleh orang tua yang lama baru memperoleh anak.
Proteksi untuk anak betul-betul tinggi, sehingga segala sesuatu harus diadakan
dan harus dilayani. Kedua, merasa
bersalah; ini biasanya diidap oleh orang tua yang setiap hari sibuk bekerja dan
tidak punya waktu untuk anak. Apapun yang diminta anak orang tua akan selalu
menuruti, untuk mengobati rasa bersalahnya karena telah meninggalkan anak dalam
waktu yang lama. Ketiga, pengalaman
masa kecil/ balas dendam masa kecil; misalnya dimasa kecil hidup penuh
penderitaan atau berada dalam kondisi kemiskinan. Orang tua dulu tidak bisa
memberikan apa yang diiinginkan, maka ketika sudah menjadi orang tua cendrung
mengikuti atau menuruti keinginan anak, walau terkadang permintaaan anak belum
sesuai dengan kebutuhan dan umurnya.
Nah Bunda, untuk melatih kemandirian anak
dirumah, orang tua perlu melakukan beberapa hal;
ü Mendesain
rumah untuk anak, misalnya untuk tempat gantungan baju, atau tempat sabun
dikamar mandi, tempat gelas dan air minum dibuat yang sesuai dengan jangkauan
anak, agar ia bisa melakukannya sendiri.
ü Membuat
aturan bersama anak dengan cara membuat kesepakatan bersama, sehingga aturan
yang telah dibuat tidak ditolak anak. No
excuse untuk atuaran yang telah dibuat bersama.
ü Konsisten
dalam menjalankan aturan, tidak mudah tergoda dan merasa kasihan.
ü Memberitahukan
“ resiko” kepada anak; misalnya untuk pekerjaan di dapur, resikonya adalah
terkena minyak panas, kena api, atau luka karena pisau. Beritahukan cara
mengatasinya, misalnya
kalau kena minyak panas;
kalau kena minyak panas;
- jangan berteriak, jangan panik,
- segera matikan kompor,
-
ambil salep/madu- (sediakan di dapur
ditempat yang mudah dijangkau)
kalau mencuci piring, resikonya adalah pecah. Kalau ada piring atau gelas
yang pecah, maka
*
jangan berteriak, jangan panik dan jangan dimarahi
*
ambil sandal
*
ambil sapu
*
kumpulkan pecahannya, buang di tempatnya
*
ambil lap basah, dilap
*buang
semua lapnya.
ü Memberikan
tanggung jawab sesuai tingkat umurnya; misalnya untuk anak umur 2 tahun
membereskan mainannya, atau untuk anak yang lebih besar beri tugas seperti
panglima kebersihan, manager taman, manager laundry dan sebagainya.
ü Memotivasi
anak, bahwa pekerjaan atau kegiatan atau tanggung jawab yang diberikan padanya
adalah untuk dirinya sendiri kelak, dan bialng padanya bahwa “tidak selamanya
ibu ada bersama kamu.”
Bunda yang budiman, berikut
ini adalah tolok ukur kemandirian anak;
·
Untuk anak berumur 0-2 tahun : senso
motorik , untuk semua pekerjaan dibantu adalah wajar
·
1-3 tahun : mengontrol diri sendiri,
seperti toilet trainning
·
3-5 tahun : menunjukkan inisiatif untuk
melakukan sendiri, terutama untuk kebutuhan diri sendiri
·
5 tahun keatas : sudah boleh untuk
hal-hal berisiko seperti memegang gunting
-Melatih mencuci;
meskipun anak laki-laki, misalkan 1 kali seminggu mencuci lap, atau membersihkan kamar mandi
-Melatih membuat mainan
sendiri
-Melatih berbagi,
misalnya ilmu akan bermanfaat kalau dibagi ke banyak orang, seperti berbagi cara membuat robot,
atau berbagi ilmu untuk tamu dengan membantu ibu membuatkan teh
Ada beberapa tahapan
untuk membuat anak mandiri, Bunda!
Ø Awali
dengan keterampilan mengurus diri sendiri seperti, makan sendiri, menggosok
gigi sendiri dst
Ø Beri
anak waktu untuk bermain bebas; tidak dipandu terus menerus
Ø Beri
anak tugas dirumah seperti, menyiram tanaman, membuang sampah, menyapu, mencuci
piring dst. Buatlah isi rumah mnejadi sebuah team, sehingga ibu adalah seorang
manager—bukan seorang pembantu yang mengerjakan segalanya.
Ø Biarkan
anak mengurus waktu sendiri untuk urusan sekolah dan main.
Ø Anak
diberi tanggung jawab dan minta pertanggung jawabannya.
Ø Kondisi
badan anak mesti fit, imbangi dengan olah raga dan kegiatan di alam terbuka
Ø Izinkan
anak untuk menentukan tujuannya sendiri
Ø Ingat!
Anda tidak akan selamanya bersama mereka.
Bunda,
sebagai guide-line dan tambahan motivasi dalam menerapkan kemandirian ibu dan
anak buatlah tabel perubahan kemandirian ibu dan anak perpekan. Selanjutnya
silakan buat juga tabel perolehan bintang perbulan atau perpekan untuk
pembiasaan hal-hal positif di rumah. Terakhir jangan lupa tentukan juga reward
yang bisa diperoleh. Semoga bermanfaat!
(Disarikan secara bebas dari kuliah rutin on-line Ibu Profesional-“Melatih Kemandirian Anak”)
(Disarikan secara bebas dari kuliah rutin on-line Ibu Profesional-“Melatih Kemandirian Anak”)
Tanah Mati, 29 Oktober 2013
Mantap uni Betty, artikelnya bagus dan kayaknya harus segera diterapkan di rumah. O iya, sy tertarik juga ut ikutan kuliah online IIP, carax gmn yaa uni.
ReplyDelete:)
ReplyDelete